Kanal Tirta Sangga Jaya (TSJ) tidak hanya sebagai prasarana pengendalian bajir, tetapi juga mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian.
Syaykh AS Panji Gumilang dengan gagasannya, ingin menyumbang pemikiran, sehingga bencana banjir serupa tidak terulang di masa-masa mendatang. Tujuan utama pembangunan kanal TSJ berfungsi sebagai prasarana pengelolaan air yang barns dilakukan secara komprehensif—mengontrol aliran air di seluruh kawasan Jakarta-Bogor Depok-Tangerang-Bekasi.
Sepintas, dampak banjir bandang awal Februari lalu mengesankan lumpuhnya pelayanan kota-kota di wilayah. Jabodetabeka, dan banyaknya korban yang berjatuhan. Namun, yang tidak kalah serius, dampak buruknya terhadap seluruh dimensi perekonomian. Sektor pertanian merupakan salah satu basis ekonomi yang mengalami kerugian besar.
Itulah sebabnya, Kabag Umum Badan Ketahanan Pangan, Ir. Indra Mukti Harahap, langsung menyatakan dukungannya terhadap gagasan pembangunan kanal TSJ. "Saya sangat mendukung realisasi pembangunan TSJ ini," kata Indra. kepada Amron Ritonga dari Majalah Berita Indonesia, Rabu (9/5). Menurut Indra, banjir bandang awal Februari sangat merugikan sektor pertanian dan berpotensi mengganggu stabilitas ketahanan pangan, baik dalam ruang lingkup daerah maupun nasional. Dia menjelaskan bahwa salah satu lumbung padi di Jawa Barat, Karawang terendam banjir sehingga menurunkan volume produksi padi tahun ini.
Laporan berbagai sumber memperkirakan kerugian sangat besar tejadi pada sektor pertanian, karena menimpa daerah daerah yang basis ekonominya ditopang oleh sektor tersebut. Di Subang dan Indramayu, misalnya, 6.000 Ha sawah mengalami kerusakan. Sedangkan di seluruh Jawa Barat tercatat 17.000 Ha lebih lahan persawahan terendam banjir, 690 Ha.
Sebagai staf di Badan Ketahan Pangan (BKP), Indra menyadari dampak positif yang bisa diperoleh bilamana gagasan kanal TSJ terwujud. Keberadaan kanal tersebut, tambahnya, tidak saja mencegah amukan banjir, tetapi juga merangsang pertumbuhan sektor pertanian di sekehlingnya.
"Saat ini, baik sewaktu musim hujan maupun musim kemarau selalu berdampak buruk pada sektor pertanian, turunnya tingkat produksi, otomatis mempengaruhi stabilitas ketahanan pangan nasional," kata Indra.
Kata Indra lebih lanjut, kejadian seperti ini tidak akan muncul lagi atau paling sedikit terkurangi bilamana kanal TSJ terwujud. Pada musim hujan, kanal TSJ akan menampung air agar tidak meluap dan mengakibatkan banjir. Sedangkan di musim kemarau, sebagai pemasok air irigasi pada lahan-lahan pertanian di seluruh Jabodetabeka.
Gagasan Holistik
Tidak hanya wilayah Jabodetabeka yang akan merasakan manfaat kanal TSJ, tetapi juga daerah-daerah disekililingnya, seperti Karawang, Purwakarta, Subang dan Sumedang. Karenanya, Wakil Bupati Purwakarta H. Dedi Muliady SH, menyatakan dukungannya terhadap pembangunan kanal TSJ.
Dedi mengatakan kepada wartawan Berita Indonesia di Purwakarta, Bernard Sihite, bahwa gagasan Syakh AS Panji Gumilang merupakan pemikiran yang holistik, realistis, dan brilian, sehingga sangat pantas ditindaklanjuti. Waduk Jati Luhur dan Waduk Cirata, menurut Dedi, juga dikelola dengan menerapkan pola manajemen air berskala nasional, seperti yang ingin diterapkan Syaykh dengan kanal TSJ.
Bencana banjir awal Februari lalu, tambah Dedi, harus menjadi pelajaran di dalam mengelola air di seluruh kawasan yang terkena banjir saat itu. "Pengelolaan air yang ada sekarang menuntut pembaharuan sehingga dapat secara optimal menghindari banjir” katanya.
Syaykh AS Panji Gumilang dengan gagasannya, ingin menyumbang pemikiran, sehingga bencana banjir serupa tidak terulang di masa-masa mendatang. Tujuan utama pembangunan kanal TSJ berfungsi sebagai prasarana pengelolaan air yang barns dilakukan secara komprehensif—mengontrol aliran air di seluruh kawasan Jakarta-Bogor Depok-Tangerang-Bekasi.
Sepintas, dampak banjir bandang awal Februari lalu mengesankan lumpuhnya pelayanan kota-kota di wilayah. Jabodetabeka, dan banyaknya korban yang berjatuhan. Namun, yang tidak kalah serius, dampak buruknya terhadap seluruh dimensi perekonomian. Sektor pertanian merupakan salah satu basis ekonomi yang mengalami kerugian besar.
Itulah sebabnya, Kabag Umum Badan Ketahanan Pangan, Ir. Indra Mukti Harahap, langsung menyatakan dukungannya terhadap gagasan pembangunan kanal TSJ. "Saya sangat mendukung realisasi pembangunan TSJ ini," kata Indra. kepada Amron Ritonga dari Majalah Berita Indonesia, Rabu (9/5). Menurut Indra, banjir bandang awal Februari sangat merugikan sektor pertanian dan berpotensi mengganggu stabilitas ketahanan pangan, baik dalam ruang lingkup daerah maupun nasional. Dia menjelaskan bahwa salah satu lumbung padi di Jawa Barat, Karawang terendam banjir sehingga menurunkan volume produksi padi tahun ini.
Laporan berbagai sumber memperkirakan kerugian sangat besar tejadi pada sektor pertanian, karena menimpa daerah daerah yang basis ekonominya ditopang oleh sektor tersebut. Di Subang dan Indramayu, misalnya, 6.000 Ha sawah mengalami kerusakan. Sedangkan di seluruh Jawa Barat tercatat 17.000 Ha lebih lahan persawahan terendam banjir, 690 Ha.
Sebagai staf di Badan Ketahan Pangan (BKP), Indra menyadari dampak positif yang bisa diperoleh bilamana gagasan kanal TSJ terwujud. Keberadaan kanal tersebut, tambahnya, tidak saja mencegah amukan banjir, tetapi juga merangsang pertumbuhan sektor pertanian di sekehlingnya.
"Saat ini, baik sewaktu musim hujan maupun musim kemarau selalu berdampak buruk pada sektor pertanian, turunnya tingkat produksi, otomatis mempengaruhi stabilitas ketahanan pangan nasional," kata Indra.
Kata Indra lebih lanjut, kejadian seperti ini tidak akan muncul lagi atau paling sedikit terkurangi bilamana kanal TSJ terwujud. Pada musim hujan, kanal TSJ akan menampung air agar tidak meluap dan mengakibatkan banjir. Sedangkan di musim kemarau, sebagai pemasok air irigasi pada lahan-lahan pertanian di seluruh Jabodetabeka.
Gagasan Holistik
Tidak hanya wilayah Jabodetabeka yang akan merasakan manfaat kanal TSJ, tetapi juga daerah-daerah disekililingnya, seperti Karawang, Purwakarta, Subang dan Sumedang. Karenanya, Wakil Bupati Purwakarta H. Dedi Muliady SH, menyatakan dukungannya terhadap pembangunan kanal TSJ.
Dedi mengatakan kepada wartawan Berita Indonesia di Purwakarta, Bernard Sihite, bahwa gagasan Syakh AS Panji Gumilang merupakan pemikiran yang holistik, realistis, dan brilian, sehingga sangat pantas ditindaklanjuti. Waduk Jati Luhur dan Waduk Cirata, menurut Dedi, juga dikelola dengan menerapkan pola manajemen air berskala nasional, seperti yang ingin diterapkan Syaykh dengan kanal TSJ.
Bencana banjir awal Februari lalu, tambah Dedi, harus menjadi pelajaran di dalam mengelola air di seluruh kawasan yang terkena banjir saat itu. "Pengelolaan air yang ada sekarang menuntut pembaharuan sehingga dapat secara optimal menghindari banjir” katanya.
0 Komentar