Negara-negara
timur,utamanya Cina, saat ini tengah mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Hal tersebut memungkinkan terjadinya pergeseran pusat peradaban
menuju ke Timur. Untuk menghadapi hal tersebut, Indonesia harus menjadi
negara yang kuat dalam bidang ekonomi agar tidak terlindas hegemoni
dunia yang mulai meninggalkan dunia barat.
Hal tersebut disampaikan Ketua Presidium ICMI Dr.Ing. Ilham A.
Habibie, MBA dalam diskusi mengenai pergeseran gopolitik, ekonomi dan
budaya global ke Cina di kampus terpadu UMY pada Jumat (05/08). “Dalam menghadapi pergeseran pusat geopolitik, ekonomi dan budaya ke
Cina, Indonesia tidak ada pilihan lain selain menjadi negara yang kuat.
Hal utama yang perlu dikuatkan adalah ekonomi” jelasnya Yang paling penting dilakukan Indonesia untuk memajukan ekonominya,
menurut Ilham, adalah pembangunan IPTEK serta SDM yang kuat, termasuk
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Ilham melihat saat ini pemerintah kurang menaruh perhatian dalam
kegiatan litbang (penelitian dan pengembangan) dan kurang berinvestasi
dalam pengembangan sumber daya manausia ”Jika dibandingkan Cina, peran pemerintah dalam mendukung litbang
masih sangat rendah. Saat ini rasio Litbang/PDB Cina adalah 1,4%
sedangkan Indonesia hanya 0,07%. Negara-negara maju standar rasio
litbang/PDB nya diatas 1%” ungkap putra mantan Presiden B.J Habibie ini.
Selain itu, jelas Ilham, biaya pendidikan yang tinggi,
peraturan-peraturan pemerintah yang belum optimal mendukung kegiatan
inovasi serta kurangnya kesempatan untuk anak bangsa mendapat beasiswa
ke luar negeri membuat pembangunan SDM menjadi terhambat.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Bambang Sudibyo, MBA, Ketua Bidang
Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, menjelaskan
mengenai pergeseran dominasi geoekonomi, geopolitik, serta implikasinya
pada Muhammadiyah. Masih Bamabang, pergeseran-pergeseran tersebut
benar-benar sedang terjadi.
“Pusat gravitasi ekonomi sedang bergeser dari barat ke timur, terjadi
migrasi nilai ekonomi melalui investasi dan perdagangan. Diprediksikan
pergeseran dominasi geopolitik abad ke-21, Republik Rakyat China
berpeluang menjadi pusat gravitasi geopolitik baru untuk beberapa dekade
ke depan, menyusul India, dan Indonesia yang menjadi kuda hitam.
Mantan Menkeu ini melihat respon yang perlu dilakukan oleh
Muhammadiyah adalah melakukan rekontekstualisasi secara komprehensif
dalam berbagai hal, termasuk teologi, tarjih, tabligh, tajdid, tafsir,
amal usaha, etos kerja, serta hubungan luar negeri.
Sementara itu, pengamat Hubungan Internasional UMY Prof. Dr. Bambang
Cipto, MA menegaskan bahwa saat ini dunia tidak dapat lagi
‘dibaratkan’. Asia, dan sampai tingkat tertentu, dunia Islam adalah para
penggerak peradaban masa depan.
“Setiap bangsa akan mengalami kemajuan sekaligus kemunduran yang tak
dapat dipecepat atau diperlambat. Kekuatan militer bukan jaminan bagi
dominasi dunia” tegasnya.
Sumber: http://www.umy.ac.id/geopolitik-ekonomi-dan-budaya-global-bergeser-ke-cina-indonesia-harus-kuatkan-ekonomi.html
0 Komentar