Apakah yang dimaksud kaum marginal itu?
Adalah sebuah kaum yang terpinggirkan oleh karena ketidakmampuanya
menempatkan diri di dalam masyarakat yang besar bersama-sama dengan
kaum lain. Ketidak mampuanya diindikasikan oleh beberapa hal
diantaranya adalah memiliki aktivitas di luar kaidah kebiasaan yang
ekstrim, eksklusif atau tertutup serta tidak mampu memenuhi tujuan
ideal yang digariskan dalam cita-cita kaum tersebut sehingga cenderung
untuk menggunakan cara-cara instan/cepat untuk memenuhi kebutuhan visi
dan misinya.
Kaum yang masuk dalam kelompok marginal secara faktual
dan aktual, biasanya akan mengalami kesulitan yang sangat besar untuk
merubah paradigma masyarakat yang memberikan value/nilai yang kemudian
terlanjur melekat. Hal tersebut dikarenakan adanya kesulitan yang besar
dalam merubah kondisi internalnya agar sesuai dengan pakem-pakem fakta
universal yang mampu membebaskan diri dari kemarginalanya. Faktor
kesukaran itu diantaranya disebabkan oleh sulitnya menerima
perubahan-perubahan dari perkembangan zaman yang berdasar pada ilmu
pengetahuan yang mengaktualisasi era pada zamanya.
Faktor yang paling
jelas adalah adanya pola instant dalam memenuhi kebutuhan misi dan visi
dari kaum tersebut, sehingga pada ruang pencapaian tujuan dengan
jargon JALAN SUKAR DAN MENDAKI –pun sudah terdefinisi dengan cara-cara
mudah dan instant bahkan hingga peruntukan operasionalisasi dari kaum
tersebut. Kaum yang cenderung menjadi marginal adalah kaum yang juga
hanya mengedepankan dogma daripada intuisi simultan yang berfahamkan
win-win solution, akan tetapi justru mengeksploitasi kewajiban
berkorban para anggotanya secara terus menerus dan tidak ada upaya
untuk menciptakan batas waktu untuk mencapai titik kemandirian.
Pada
titik ini pemilik kebijakan di kaum tersebut tidak mau tau dan peduli
pada pencapaian target yang berkait dengan kewajiban berkorban para
anggotanya, sehingga mendorong suburnya cara-cara instan yang terkadang
jauh dari cara-cara bermartabat dalam membangun masyarakat yang
berperadaban yang bermartabat. Jika kita membandingkan dengan intuisi
Partai dalam kehidupan masyarakat yang hanya menginginkan kontribusi
suara dari basis konstituennya, maka setidaknya Anggota Dewan dari
Partai tersebut akan memperjuangkan hak-hak konstituen pemilihnya
melalui parlemen. Sedangkan pada kaum yang cenderung menjadi marginal
benar-benar mengesampingkan semua itu kepada para pendukung dan
anggautanya yang sudah bertungkus lumus dengan kewajiban berkorban
untuk membangun tujuan kaumnya.
Dalam kenyataanya, adalah seperti
matahari yang terus menyinari bumi dengan terik panasnya sepanjang masa
tanpa mampu menurunkan hujan dari air yang terus menerus diuapkan ke
atas, sementara dibelahan bumi lain berlimpah air, sedangkan di bumi
yang dipijaknya sama sekali kering bahkan jikapun hanya pengharapan
sebagai penghilang dahaga. Pengesampingan hak-hak kaumnya bisa jadi
dikarenakan kesalahfahaman dalam menempatkan hak dan kewajiban secara
proporsional terhadap kaum marginal tersebut, bahkan dalam istilah
lain, pada kaum tersebut tidak lebih dari budak dogma yang dijalankan
dalam satu arah yang jumud, karena sebenarnya jika didata responden
yang menyatakan ketidakberdayaan untuk bangkit dari keterpurukan dari
kaum tersebut akan didapat angka yang mencengangkan, angka ini tentu di
luar kaum yang sudah benar-benar menyatakan tidak puas dan menyerah
dari aktivitasnya.
Keadaan ini bukan juga dikarenakan oleh tujuan kaum
yang tidak mulia, pada dasarnya tujuan mulia dari kaum tersebutlah
yang kemudian mampu menghimpun dukungan anggota yang dengan serta merta
merelakan dirinya untuk wajib berkorban. Maka, pada posisi
mempertahankan tujuan mulia tersebut, harus ada perubahan yang
mendasari kebutuhan kontemporer yang benar-benar mengakselerasi
perkembangan zaman serta dengan menempatkan hak dan kewajiban kaumnya
secara proporsional dan berkeadilan. Semua itu akan termanivestasi
dengan program-program yang agresif, progresif dan solutif, dengan
mengedepankan pembangunan kaumnya secara nyata.
Untuk membalik keadaan
menjadi kaum yang mampu mengayomi pengorbanan para anggota dan
pendukungnya maka seyogyanya agar mengupayakan program-program sebagai
berikut:
1. Menghargai dan mulai menerapkan dengan sebenarnya
prinsip-prinsip professional dalam pelaksanaan program-program.
2. Buat
program yang bukan program pengumpulan asset yang tidak bergerak
seperti bangunan dan tanah secara terus menerus, melainkan program yang
bisa dikerjakan bersama-sama dengan unsur pensejahteraan dan pemenuhan
kebutuhan internal.
3. Buat program yang melibatkan secara
representasi konsep dan ide dari anggota kaumnya, bukanya program yang
satu arah, yang menempatkan kaum sebagai objek pelaksana saja, yang
meskipun dinilai oleh pelaksana program tersebut sebagai program yang
tidak tepat guna.
4. Buat program dan pengembangan sumber daya yang
terintegrasi minimal dalam kelompok besar jika sentralisasi dinilai
sebagai tidak efektif, dengan konsep program yang disebutkan dalam poin
2.
5. Berkait dengan poin 3 maka berikan otonomi kepada
kelompok-kelompok besar untuk mengelola sebagian sumber daya yang bisa
diwujudkan menjadi program pensejahteraan dan pemenuhan kebutuhan kaum.
6. Diversifikasi program di kelompok besar dimaksudkan sebagai Piloting
program yang berbeda-beda di kelompok besar dengan otonominya, maka
jika piloting dianggap siap kedepanya dapat diintegrasikan kedalam
kelompok besar lain sehingga terintegrasi menjadi aktivitas kaum secara
keseluruhan dengan mengedepankan profesionalisme.
Pada dasarnya,
anggota dari kaum yang bertahan oleh karena investasi waktu dari
harapan yang sudah tertanam mengakar, memiliki banyak kelebihan
meskipun dengan kelebihanya justru menghantarkan kaumnya menjadi
kelompok yang cenderung marginal secara berjamaah. Bahkan jika kemudian
diwujudkan program yang tepat guna baik dalam prospek dan proses. Maka
dalam hal ini sangat dibutuhkan penjembatanan aktif untuk merubah
mindset dalam memahami hal-hak yang berkait dengan progresifitas dan
masa depan, sehingga disamping dapat mengembangkan diri secara personal
namun juga dapat memastikan pengembangan institusional dari kaumnya.
Beberapa kelebihan dari anggota kaum yang ternyata justru menghantarkan
kaumnya cenderung menjadi marginal oleh karena program yang tidak/belum
tepat guna dan tepat sasaran, di antaranya:
1. Memiliki militansi
yang tinggi, dimana tidak perlu disangsikan lagi mental pekerja dan
pejuangnya dalam melaksanakan perintah.
2. Sangat faham pada komitment
terhadap sistim berjalan dari kaumnya dengan ketaatan yang tidak ada
bandingnya.
3. Memiliki kecerdasan yang cukup dimana awalnya mampu
memilih idealisme dari hal-hal yang populis dalam perjalanan hidupnya.
4. Memiliki solidaritas yang besar, lebih besar dari apa pun dewasa ini
yang dikombinasikan dengan kesatuan aksi dalam perintah.
5. Memiliki
sikap kejujuran yang mengagumkan jika bicara di luar laporan pekerjaan.
6. Sangat fokus pada pencapaian tujuan, hanya saja tujuannya itu
sendiri yang masih harus difokuskan pada esensi dan strateginya.
7.
Memiliki cita-cita yang sangat mulia pada masa depan kemanusiaan,
toleransi, perdamaian dan peradaban.
8. Dan masih banyak lagi yang
lainya.
Namun kelebihan-kelebihan di atas tidak serta merta memberikan
hasil dari apa yang dibutuhkan dalam membangun tujuan di poin 7.
Kesepahaman dalam membangun kebenaran tidak hanya ditentukan oleh
status kebenaran dalam tujuan itu sendiri, melainkan ditentukan juga
oleh mekanisme dalam pencapaian tujuan itu sendiri.
Secara awam pun
dapat difahami, bahwa mekanisme itu membutuhkan formula dalam ranah
universal dalam lingkup kekinian dan kontemporer, dimana secara ide dan
konsep sangat membutuhkan representasi para ahli di bidangnya,
sehingga kita cukup menyimpulkanya sebagai kegiatan program yang teruji
secara professional, dan bukanya aksi sepihak atas nama kepemimpinan
tanpa masukan dan pertimbangan dari pakar-pakar di bidangnya. Mekanisme
tidak bisa dikembangkan dengan cara-cara pragmatis, apalagi menyangkut
hajat masa depan banyak orang dalam suatu kaum. Dan apatah lagi jika
mekanisme dijalankan dengan asumsi kebenaran relative yang dihasilkan
oleh kepemimpinan yang setiap keputusanya menjadi fatwa bagi kaumnya.
Disebut kebenaran relative dalam hal ini karena baru diakui oleh masa
pendukung dari kaumnya, dan bahkan masih menjadi kontroversi bagi
kaum-kaum yang lainya hingga kaum yang lainya mengakui kebenaran
Dunia berkembang sedemikian rupa dalam perjalanan yang digaransi oleh
kesepahaman yang bersifat kolektif dalam mengkawal tujuan-tujuan mulia
di dalamnya. Ketika ada sekelompok kaum yang membawa panji-panji
kebenaran dalam tujuan berkaumnya, maka semuanya itu juga harus teruji
oleh kebenaran itu sendiri sampai pada titik-titik krusial yang memenuhi
prasyaratnya sehingga hasil dari perjuanganya bisa wujud, seperti
mewujudkan wajah Tuhan dalam kekuasaa-Nya, namun tidak dengan
menempatkan mata tombak di atas kekuasaan yang diklaimkan dari Tuhan di
atas tangan-tangan penguasa kaum yang dimaksud untuk bertindak
mengeksploitasi kaumnya tanpa follow up program yang tepat guna, program
yang dapat mengangkat harkat dan mewujudkan kesejahteraan sosial
kaumnya.
Sebegitu konservatifnya kebenaran yang diperjuangkan pada
setiap zaman, tetap saja dipengaruhi oleh nilai-nilai positif yang
berjalan membangun zaman itu sendiri, sehingga pada tataran tekhnis
perjuangan atas nama kebenaran harus juga mampu menerapkan nilai-nilai
kontemporer yang terbentuk atas formula kolektif yang telah pun
mengalami uji dan cobaan untuk layak dipersembahkan kepada peradaban.
Nilai-nilai kontemporer kekinian yang dimaksud adalah nilai-nilai modern
yang akan terus melaju jikalau kita menghiraukan maupun diam atau
bahkan memberikan perlawanan. Karena sejatinya tidak akan ada klaim
salah atas penciptaan yang bermanfaat untuk manusia dan kemanusiaan yang
dilahirkan oleh nilai-nilai modern. Adapun ekses atas modernisme akan
menjadi tanggungjawab bersama layaknya fungsi pisau dalam kehidupan
sehingga menjelma menjadi post modernism dan lain-lain. Kebenaran yang
diusung oleh panji-panji kelompok juga bagian dari titik terkini
perjalanan yang tersambung sedemikian rupa dari para pejuang-pejuangnya
meskipun dari sisi relative dalam hal ini untuk diuji oleh pengusung
panji-panji kebenaran lainya, sehingga menempatkan aksioma untuk dapat
difahami oleh pendatang baru sekalipun yang mempu menghubungkan mata
rantai pemahaman secara teori dalam keilmuan.
Namun lebih dari itu,
kebenaran harus mampu mewujudkan ekses positif bagi para pemujanya pada
lintas peradaban, zaman dan kebudayaan. Maka jika kita mengadopsi
fungsi kebenaran tertentu, sudah harus dipastikan tapak tilas zaman dan
peradaban yang pernah dilalui oleh faham kebenaran tersebut. Jika
kemudian faham kebenaran itu mengklaim sebagai kebenaran yang
universal, maka manfaat nyatanya harus dapat dinikmati peran dan
hasilnya oleh manusia di zamannya pada titik terkini dengan harapan
untuk selamanya.
Maka gerakan-gerakan pragmatis yang memperjuangkan
faham kebenaran yang mengabaikan nilai-nilai kontemporer akan
berhadapan dengan formula kolektif yang sudah mengakar secara
representative dan telah terlebih dahulu memberi manfaat positif pada
manusia dan kemanusiaan di lingkunganya. Representasi itu sendiri sebuah
upaya untuk mendekatkan pada nilai-nilai kebenaran, jika keagungan
mutlak atas kebenaran hanya dimiliki oleh Tuhan dalam kerangka tidak ada
turunan kekuasaan dari tuhan secara prosedur.
Representasi adalah
upaya manusia secara sadar yang harus diapresiasi, meskipun kita tau
pada titik-titik tertentu kebenaran itu tidak memerlukan pendapat
tambahan. Gerakan-gerakan pragmatis di atas yang cenderung dijalankan
secara konsertvatif dan mengabaikan nilai-nilai kekinian baik langsung
maupun tidak langsung, pada akhirnya akan memproduksi kaum marginal di
dalam masyarakat yang pada prinsipnya sesungguhnya kaum tersebut ingin
menjadi bagian dari berpartisipasi dalam masyarakat untuk membangun
bangsanya.
Dengan tetap berprasangka baik tentunya, bahwa
kecenderungan untuk memproduksi masyarakat marginal ini adalah sebagai
suatu KEKHILAFAN yang masih berpeluang besar untuk dilakukan perbaikan
sehingga sampai kepada TUJUAN MULIA yang dicita-citakan dengan
senyata-nyatanya. Demikian, Walhamdulillahirobbil’alamin. (bhd)
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
1 Komentar
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut